Kamis, 21 Januari 2010

kaka tepis rumor main


Gelandang serang Real Madrid Ricardo Kaka mencoba menepis rumor bila dirinya akan kembali bergabung bersama mantan klubnya AC Milan.

Pemain berkebangsaan Brasil itu direkrut Madrid pada musim panas lalu dari Milan dengan bandrol yang sangat mahal mencapai 65 juta euro.

Sayangnya hingga kini Kaka belum mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya seperti ketika masih membela Milan sehingga membuatnya menuai kritik pedas dari media Spanyol.

Bahkan dalam beberapa hari terakhir media Spanyol secara mengejutkan mengungkapkan bila Kaka mempertimbangkan kembali ke Milan karena kesal dengan tekanan yang didapat di Spanyol.

Namun Kaka mencoba meredakan isu tersebut. Kaka mengaku saat ini hanya memikirkan Madrid dan sangat betah bermain di ibukota Spanyol itu.

"Saya di Real sekarang dan itulah yang benar-benar penting. Saya sangat bahagia karena saya memiliki kesempatan untuk bergabung dengan klub prestisius ini," ujar Kaka.

Walau demikian Kaka mengaku masih mencintai Milan dan tetap mengikuti perjuangan mantan klubnya itu di Serie A yang saat ini tampil begitu menawan.

"Saya tetap mengikuti mereka karena saya telah meninggalkan banyak teman di sana. Mereka tampil sangat baik dan kompatriotku (Ronaldinho) sedang mengalami periode penampilan yang indah," tegas Kaka.
http://sepakbola.com/liga-italia

situs pencinta sepeda onthel


Menggemari sepeda onthel memang bisa dinikmati sendirian. Namun bergabung dengan komunitas lokal juga tidak ada salahnya. Banyak sepeda tua milik onthelis yang masih perlu "dibangun" atas dasar semangat untuk kembali ke bentuk orisinil awal. Situasi keterbatasan referensi dan keterbatasan ketersediaan onderdil membuat para onthelis kemudian secara alami saling berinteraksi untuk bertukar informasi dan bertukar onderdil. Sepeda onthel yang cukup merakyat, membuat setiap orang dengan mudah bergabung dengan komunitas lokal yang ada di daerah masing-masing. Meskipun harga sepeda onthel semakin hari semakin membumbung tinggi, namun animo masyarakat terlihat justru semakin membesar. Barangkali hal tersebut disebabkan persoalan sepeda onthel adalah suatu persoalan yang sederhana yakni:

*
harganya terjangkau
*
mudah dikendarai
*
mudah disimpan
*
tidak memerlukan surat kepemilikan
*
tidak perlu membayar pajak tahunan
*
tidak memerlukan bahan bakar
*
biaya perawatan murah
*
menyehatkan tubuh.

KOMUNITAS ONTHELIS DI INDONESIA

Berikut ini adalah daftar komunitas onthelis yang diperoleh dari sumber komunitas bersangkutan dan sumber internet yakni sepeda.wordpress.com:
http://www.sepedaonthel.com/index.htm

SEJARAH SEPEDA


Sejarah sepeda bermula di Eropa. Sekitar tahun 1790, sebuah sepeda pertama berhasil dibangun di Inggris. Cikal bakal sepeda ini diberi nama Hobby Horses dan Celeriferes. Keduanya belum punya mekanisme sepeda zaman sekarang, batang kemudi dan sistem pedal. Yang ada hanya dua roda pada sebuah rangka kayu. Bisa dibayangkan, betapa canggung dan besar tampilan kedua sepeda tadi. Meski begitu, mereka cukup menolong orang-orang – pada masa itu – untuk berjalan.

Penemuan fenomenal dalam kisah masa lalu sepeda tercipta berkat Baron Karl Von Drais. Von Drais yang tercatat sebagai mahasiswa matematik dan mekanik di Heidelberg, Jerman berhasil melakukan terobosan penting, yang ternyata merupakan peletak dasar perkembangan sepeda selanjutnya.
Oleh Von Drais, Hobby Horse dimodifikasi hingga mempunyai mekanisme kemudi pada bagian roda depan. Dengan mengambil tenaga gerak dari kedua kaki, Von Drais mampu meluncur lebih cepat saat berkeliling kebun. Ia sendiri menyebut kendaraan ini dengan nama, Draisienne. Beritanya sendiri dimuat di koran lokal Jerman pada 1817. Proses penciptaan selanjutnya dilakukan Kirkpatrick Macmillan. Pada tahun 1839, ia menambahkan batang penggerak yang menghubungkan antara roda belakang dengan ban depan Draisienne. Untuk menjalankannya, tinggal mengayuh pedal yang ada.

James Starley mulai membangun sepeda di Inggris di tahun 1870. Ia memproduksi sepeda dengan roda depan yang sangat besar (high wheel bicycle) sedang roda belakangnya sangat kecil. velocipede1.jpgSepeda jenis ini sangat populer di seluruh Eropa. Sebab Starley berhasil membuat terobosan dengan mencipta roda berjari-jari dan metode cross-tangent. Sampai kini, kedua teknologi itu masih terus dipakai. Buntutnya, sepeda menjadi lebih ringan untuk dikayuh.
Sayangnya, sepeda dengan roda yang besar itu memiliki banyak kekurangan. Ini menjadi dilema bagi orang-orang yang berperawakan mungil dan wanita. Karena posisi pedal dan jok yang cukup tinggi, mereka mengeluhkan kesulitan untuk mengendarainya.

Sampai akhirnya, keponakan James Starley, John Kemp Starley menemukan solusinya. Ia menciptakan sepeda yang lebih aman untuk dikendarai oleh siapa saja pada 1886. Sepeda ini sudah punya rantai untuk menggerakkan roda belakang dan ukuran kedua rodanya sama. Namun penemuan tak kalah penting dilakukan John Boyd Dunlop pada 1888. Dunlop berhasil menemukan teknologi ban sepeda yang bisa diisi dengan angin (pneumatic tire). Dari sinilah, awal kemajuan sepeda yang pesat. Beragam bentuk sepeda berhasil diciptakan.

Seperti diketahui kemudian, sepeda menjadi kendaraan yang mengasyikkan. Di Indonesia, perkembangan sepeda banyak dipengaruhi oleh kaum penjajah, terutama Belanda. Mereka memboyong sepeda produksi negerinya untuk dipakai berkeliling menikmati segarnya alam Indonesia. Kebiasaan itu menular pada kaum pribumi berdarah biru. Akhirnya, sepeda jadi alat transpor yang bergengsi.

Seperti ditulis Ensiklopedia Columbia, nenek moyang sepeda diperkirakan berasal dari Prancis. Menurut kabar sejarah, negeri itu sudah sejak awal abad ke-18 mengenal alat transportasi roda dua yang dinamai velocipede. Bertahun-tahun, velocipede menjadi satu-satunya istilah yang merujuk hasil rancang bangun kendaraan dua roda. Yang pasti, konstruksinya belum mengenal besi. Modelnya pun masih sangat “primitif”. Ada yang bilang tanpa engkol, pedal tongkat kemudi (setang). Ada juga yang bilang sudah mengenal engkol dan setang, tapi konstruksinya dari kayu.

Adalah seorang Jerman bernama Baron Karls Drais von Sauerbronn yang pantas dicatat sebagai salah seorang penyempurna velocipede. Tahun 1818, von Sauerbronn membuat alat transportasi roda dua untuk menunjang efisiensi kerjanya. Sebagai kepala pengawas hutan Baden, ia memang butuh sarana transportasi bermobilitas tinggi. Tapi, model yang dikembangkan tampaknya masih mendua, antara sepeda dan kereta kuda. Sehingga masyarakat menjuluki ciptaan sang Baron sebagai dandy horse.

Baru pada 1839, Kirkpatrick MacMillan, pandai besi kelahiran Skotlandia, membuatkan “mesin” khusus untuk sepeda. Tentu bukan mesin seperti yang dimiliki sepeda motor, tapi lebih mirip pendorong yang diaktifkan engkol, lewat gerakan turun-naik kaki mengayuh pedal. MacMillan pun sudah “berani” menghubungkan engkol tadi dengan tongkat kemudi (setang sederhana).

Sedangkan ensiklopedia Britannica.com mencatat upaya penyempurnaan penemu Prancis, Ernest Michaux pada 1855, dengan membuat pemberat engkol, hingga laju sepeda lebih stabil. Makin sempurna setelah orang Prancis lainnya, Pierre Lallement (1865) memperkuat roda dengan menambahkan lingkaran besi di sekelilingnya (sekarang dikenal sebagai pelek atau velg). Lallement juga yang memperkenalkan sepeda dengan roda depan lebih besar daripada roda belakang. Namun kemajuan paling signifikan terjadi saat teknologi pembuatan baja berlubang ditemukan, menyusul kian bagusnya teknik penyambungan besi, serta penemuan karet sebagai bahan baku ban. Namun, faktor safety dan kenyamanan tetap belum terpecahkan. Karena teknologi suspensi (per dan sebagainya) belum ditemukan, goyangan dan guncangan sering membuat penunggangnya sakit pinggang. Setengah bercanda, masyarakat menjuluki sepeda Lallement sebagai boneshaker (penggoyang tulang). Sehingga tidak heran jika di era 1880-an, sepeda tiga roda yang dianggap lebih aman buat wanita dan laki-laki yang kakinya terlalu pendek untuk mengayuh sepeda konvensional menjadi begitu populer. Trend sepeda roda dua kembali mendunia setelah berdirinya pabrik sepeda pertama di Coventry, Inggris pada 1885. Pabrik yang didirikan James Starley ini makin menemukan momentum setelah tahun 1888 John Dunlop menemukan teknologi ban angin. Laju sepeda pun tak lagi berguncang.

Penemuan lainnya, seperti rem, perbandingan gigi yang bisa diganti-ganti, rantai, setang yang bisa digerakkan, dan masih banyak lagi makin menambah daya tarik sepeda. Sejak itu, berjuta-juta orang mulai menjadikan sepeda sebagai alat transportasi, dengan Amerika dan Eropa sebagai pionirnya. Meski lambat laun, perannya mulai disingkirkan mobil dan sepeda motor, sepeda tetap punya pemerhati. Bahkan penggemarnya dikenal sangat fanatik.

Kini, sepeda punya beragam nama dan model. Ada sepeda roda tiga buat balita, sepeda mini, “sepeda kumbang”, hingga sepeda tandem buat dikendarai bersama. Bahkan olahraga balap sepeda mengenal sedikitnya tiga macam perangkat lomba. Yakni “sepeda jalan raya” untuk jalanan mulus yang memiliki sampai 16 kombinasi gir yang berbeda, “sepeda track” dengan hanya 1 gigi serta “sepeda gunung” yang memiliki 24 gigi.
http://poinmascyclingclub.wordpress.com/tentang-sepeda/

SEPEDA Ontel, Jengki, Kumbang dan Sundung


Sejarah sepeda lawas bermula di Eropa. Sekitar tahun 1790, sebuah sepeda pertama berhasil dibangun di Inggris. Cikal bakal sepeda ini diberi nama Hobby Horses dan Celeriferes. Keduanya belum punya mekanisme sepeda zaman sekarang, batang kemudi dan sistem pedal. Yang ada hanya dua roda pada sebuah rangka kayu. Bisa dibayangkan, betapa canggung dan besar tampilan kedua sepeda tadi. Meski begitu, mereka cukup menolong orang-orang – pada masa itu – untuk berjalan.
Penemuan fenomenal dalam kisah masa lalu sepeda tercipta berkat Baron Karl Von Drais. Von Drais yang tercatat sebagai mahasiswa matematik dan mekanik di Heidelberg, Jerman berhasil melakukan terobosan penting, yang ternyata merupakan peletak dasar perkembangan sepeda selanjutnya.
Oleh Von Drais, Hobby Horse dimodifikasi hingga mempunyai mekanisme kemudi pada bagian roda depan. Dengan mengambil tenaga gerak dari kedua kaki, Von Drais mampu meluncur lebih cepat saat berkeliling kebun. Ia sendiri menyebut kendaraan ini dengan nama, Draisienne. Beritanya sendiri dimuat di koran lokal Jerman pada 1817.
Proses penciptaan selanjutnya dilakukan Kirkpatrick Macmillan. Pada tahun 1839, ia menambahkan batang penggerak yang menghubungkan antara roda belakang dengan ban depan Draisienne. Untuk menjalankannya, tinggal mengayuh pedal yang ada.
James Starley mulai membangun sepeda di Inggris di tahun 1870. Ia memproduksi sepeda dengan roda depan yang sangat besar (high wheel bicycle) sedang roda belakangnya sangat kecil. Sepeda jenis ini sangat populer di seluruh Eropa. Sebab Starley berhasil membuat terobosan dengan mencipta roda berjari-jari dan metode cross-tangent. Sampai kini, kedua teknologi itu masih terus dipakai. Buntutnya, sepeda menjadi lebih ringan untuk dikayuh.
Sayangnya, sepeda dengan roda yang besar itu memiliki banyak kekurangan. Ini menjadi dilema bagi orang-orang yang berperawakan mungil dan wanita. Karena posisi pedal dan jok yang cukup tinggi, mereka mengeluhkan kesulitan untuk mengendarainya. Sampai akhirnya, keponakan James Starley, John Kemp Starley menemukan solusinya. Ia menciptakan sepeda yang lebih aman untuk dikendarai oleh siapa saja pada 1886. Sepeda ini sudah punya rantai untuk menggerakkan roda belakang dan ukuran kedua rodanya sama.
Namun penemuan tak kalah penting dilakukan John Boyd Dunlop pada 1888. Dunlop berhasil menemukan teknologi ban sepeda yang bisa diisi dengan angin (pneumatic tire). Dari sinilah, awal kemajuan sepeda yang pesat. Beragam bentuk sepeda berhasil diciptakan. Seperti diketahui kemudian, sepeda menjadi kendaraan yang mengasyikkan.
Di Indonesia, perkembangan sepeda banyak dipengaruhi oleh kaum penjajah, terutama Belanda. Mereka memboyong sepeda produksi negerinya untuk dipakai berkeliling menikmati segarnya alam Indonesia. Kebiasaan itu menular pada kaum pribumi berdarah biru. Akhirnya, sepeda jadi alat transpor yang bergengsi.
Pada masa berikutnya, saat peran sepeda makin terdesak oleh beragam teknologi yang disandang kendaraan bermesin (mobil dan motor), sebagian orang mulai tertarik untuk melestarikan sejarah lewat koleksi sepeda antik. Rata-rata, sepeda lawas mereka keluaran pabrikan Eropa. Angka tahunnya antara 1940 sampai 1950-an. Dan mereka sangat cermat dalam merawatnya.
”Sepeda yang dimiliki klub ini sangat berbeda dengan sepeda kuno yang banyak dijadikan ojek. Kalau ojek-ojek itu kebanyakan sepeda model kuno keluaran Cina atau Jepang. Dan mereka nggak merawatnya dengan khusus,” ungkap Agus Pranoto (28), anak muda yang juga hobi jalan-jalan dengan sepeda lawas.
Di masyarakat kita, sepeda lawas itu dikenal dengan beberapa sebutan, seperti ontel, jengki, kumbang dan sundung. ”Tapi semuanya punya maksud yang sama, sepeda dengan model tinggi. Kalau jengki itu kan asalnya dari kata jingke (bahasa Betawi, artinya berjinjit), jadi waktu naiknya kita harus berjingke saking tingginya. Kalau ontel, ya artinya diontel atau dikayuh,” papar Agus.
Di Jakarta, ada satu klub sepeda lawas yang tetap eksis hingga kini. Namanya, Perkumpulan Sepeda Tempo Doeloe Batavia, Silang Monas. ”Awal berdirinya pada tanggal 23 Maret 1991 di Jakarta. Waktu itu cuma ada saya, Pak Triyono Abidin, Pak Bariman, Iyan, Sundopo, Darjo dan Pak Mohamad Sani,” kisah H. Abdullah (56) pemilik sepeda lawas merek Raleigh 1951.
Dari kumpul-kumpul beberapa orang tadi mereka terus merekrut beragam anggota baru. Tiap hari Minggu, mereka selalu berkumpul di pelataran Silang Monas. Di jantung Ibu Kota itu mereka berkumpul dahulu sebelum memutuskan berkeliling kota. Berminat?
Syaratnya gampang. ”Yang penting Anda punya sepeda ontel (lawas) yang bisa jalan ya silakan gabung,” ujar H. Abdullah sambil tersenyum. Dengan agak terburu-buru, bapak separuh baya ini siap-siap mengayuh sepedanya merek Raleigh. Ia ingin menyusul rekan-rekannya yang sudah terlebih dulu berjalan menuju Bundaran Hotel Indonesia. Rencananya, di HI mereka akan berputar-putar sebentar sebelum pulang ke rumah masing-masing.
http://www.sinarharapan.co.id/index.html

BMX Show


Menyambut malam pergantian tahun baru, Mall Cilandak Town Square (Citos) mengadakan pertunjukkan bertema “History of Musical”. Acara yang digelar mulai pukul 20.00 WIB ini berlangsung meriah, keren, heboh dan unik.

Halaman atrium di dalam Mall Citos disulap menjadi mirip sebuah club malam, lengkap dengan DJ, sexydancer, serta lampu disko-nya. Seluruh pengunjung serta pengisi acara pertunjukkan turut berbaur menjadi satu di Mall Citos ini.

Sesuai temanya, acara musical ini menceritakan perjalanan musik dari tahun 60-an hingga sekarang. Pertunjukan dimulai dengan pemunculan para model serta dancer yang mengenakan kostum era 60-70an, ditambah dengan iringan musik yang ngetop pada masa itu. Penonton pun seakan-akan sejenak diajak berkelana ke masa lampau.

Tim BMX Polygon mendapat kehormatan untuk bisa terlibat dalam acara yang unik ini. Mereka didaulat ikut bersama para model berlenggak-lenggok di atas catwalk yang sudah disiapkan panitia sepanjang atrium hingga ujung lorong mall. Memang kedengarannya cukup aneh bila rider BMX harus berlaku bak seorang model. Namun itulah yang harus dilakukan keempat rider BMX Polygon yang terdiri dari Ais, Bean, Abi, dan Nur.

Ketika waktu menunjuk pukul 22.00 WIB, suasana acara berganti memasuki era 70-80an. Para model, dancer serta keempat rider tim BMX Polygon segera berganti kostum mengikuti eranya. Ketika waktu menunjukkan pukul 23.00 WIB, mereka berganti kembali dengan kostum pada era 90-an. Pada saat itulah keempat rider BMX mulai tampil dengan sepedanya masing-masing. Mereka mengenakan kostum warna-warni lengkap dengan headbandnya.

Kondisi area pertunjukkan nan sempit diperparah lagi dengan banyaknya penonton yang menyaksikan penampilan, menyebabkan empat rider ini harus ekstra hati-hati memainkan sepedanya. Belum lagi ditambah kesulitan lain karena mereka harus tampil bebarengan dengan para dancer dan breakdancer.

Mereka melakukan atraksi BMX hingga pukul 23.40 WIB atau selama kurang lebih empat puluh menit. Acara tetap berlanjut hingga pukul 24.00 WIB dengan suasana yang sudha berganti menjadi era 2000-an. Seluruh pendukung acara pun kembali berjalan di atas catwalk dengan mode pakaian saat ini. Mereka lantas berbaur dengan para pengunjung yang datang secara khusus untuk merayakan detik-detik pergantian tahun baru di Mall Citos. Selamat tahun baru 2010!

http://www.polygoncycle.com/home.php

BMX


OTOMOTIFNET – Sepeda adalah salah satu kendaraan yang mengawali perjalanan sebuah sepeda motor. Seiring perjalanannya, fungsi sepeda sebagai alat transportasi kian menurun. Kecanggihan teknologi kendaraan bermotor membuat manusia menjatuhkan pilihan kepadanya. Namun saat ini komunitas sepeda kembali tumbuh dan berkembang sebagai komunitas alternatif pengusung anti polusi, dan salah satunya adalah komunitas pecinta sepeda BMX.

Dan di Jakarta Motorcycle Show 2008 (JMS), komunitas pengguna sepeda BMX kembali unjuk gigi dengan melakukan atraksi-atraksi ekstrim di areal yang disediakan. Ini merupakan salah satu wujud kepedulian Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI), dalam komitmennya menjaga para pengendara anti polusi udara.

“Kami senang mendapatkan tempat di event pameran berkualitas seperti JMS ini. Setidaknya hal ini bisa menunjukkan eksistensi kami sebagai pengendara BMX yang mengharapkan adanya regenerasi langsung. Selain bisa berinteraksi langsung dengan penonton di areal JMS, kami juga bisa memperlihatkan banyaknya manfaat yang bisa kita dapat dari bersepeda khususnya BMX. Karena BMX mempunyai banyak kelebihan yang membuat penggunanya lebih bangga dengan itu semua,” ungkap salah seorang dedengkot sepeda BMX yang tidak menyebutkan namanya.

Bukan hanya melakukan atraksi-atraksi ekstrim di areal tersebut, para BMX-ers juga melakukan coaching clinic untuk mengundang partisipasi aktif dari pengunjung yang datang diacara tersebut. “Ini merupakan bentuk kepedulian kami untuk meningkatkan pengetahuan seputar sepeda BMX dan teknik mengendara kepada masyarakat umum. Karena melakukan atraksi-atraksi ekstrim seperti ini tidaklah semudah melakukan atraksi dengan sepatu roda,” imbuh Ivan Nurma salah satu anggota Street Freestyle yang juga tampil memukau di JMS ini.

JMS kali ini para pengendara BMX, hanya menampilkan dua jenis atraksi yaitu Flatland Freestyle dan Street Freestyle. Sementara untuk Racing dan Dirtjump, mereka memerlukan trek khusus untuk itu. Karena trek yang disediakan disini tidak cukup luas untuk mewadahi para BMX-ers tersebut.
http://mappleboard.ngeblogs.com/2009/08/06/sepeda-bmx/

main game


Pada era globalisasi seperti saat ini permainan- permainan tradisional sudah mulai ditinggalkan, remaja dan anak-anak sekarang lebih menyukai permainan elektronik yang bersifat individual. Penekanan pada aktivitas bermain sebagai sumber dari sesuatu yang baru. Pada aktivitas bermain game seseorang dapat mencobakan sejumlah besar kombinasi baru dan menciptakan situasi dan objek yang berbeda dengan jalan mengeksplorasi bahan dan kesempatan yang ditawarkan kepadanya. Penemuan cara-cara baru dalam membuat atau mengkombinasikan objek dan simbol memberi kesempatan kepada seseorang untuk kreatif dan mengalami fleksibilitas. Lewat penciptaan objek-objek, lukisan, model, dan bentuk baru, seseorang mengayun langkah pertama ke arah kreativitas. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk: mengetahui hubungan antara kebiasaan bermain dengan tingkat kreativitas. Hipotesis yang diajukan : Ada hubungan positif antara kebiasaan bermain game dengan tingkat kreatifitas. Semakin tinggi kebiasaan bermain game maka akan semakin tinggi pula tingkat kreativitasnya. Subjek dalam penelitian ini adalah gamer yang menjadi costemer di Game Center “NOL” Jl. Kaliurang Km 9,5 yogyakarta yang berjumlah 50 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sample dengan ciri-ciri a) Berusia 15 – 30 tahun; b) minimal telah memainkan permainan yang bersifat elektronik selama 1 bulan. Alat ukur yang digunakan adalah skala kebiasaan bermain game dan tingkat kreativitas, Metode analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi product moment. Berdasarkan hasil perhitungan teknik analisis product moment dari Pearson diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,617; p = 0,000 (p < 0,01) artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kebiasaan bermain game dengan kreativitas. Semakin tinggi kebiasaan bermain game maka semakin tinggi kreativitas sebaliknya semakin rendah kebiasaan bermain game maka semakin rendah kreativitas. Sumbangan efektif kebiasaan bermain game terhadap kreativitas sebesar 38,1%. Berarti masih terdapat 61,9% variabel lain yang mempengaruhi kreativitas di luar variabel kebiasaan bermain game seperti sikap sosial, kondisi lingkungan, keberanian, kebebasan, pengakuan dan penghargaan. Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel kebiasaan bermain game mempunyai rerata empirik (RE) = 66,600 dan rerata hipotetik (RH) = 75 yang berarti kebiasaan bermain game pada subjek tergolong sedang. Variabel kreativitas diketahui rerata empirik (RE) = 90,180 dan rerata hipotetik (RH) = 90 yang berarti kreativitas pada subjek penelitian tergolong sedang. Berdasarkan hasil analisis data penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kebiasaan bermain dengan tingkat kreativitas. Dengan demikian variabel kebiasaan bermain dapat digunakan sebagai prediktor (variabel bebas) untuk memprediksikan kreativitas.
http://etd.eprints.ums.ac.id/