Jumat, 15 Januari 2010

60 Jenis Tanaman Bisa Jadi Alternatif Pengganti BBM


Berbagai tumbuhan di Indonesia memiliki potensi untuk menjadi

alternatif pengganti bahan bakar minyak (BBM), bahkan sedikitnya

60 jenis tanaman telah diidentifikasi bisa menjadi alternatif

bioenergi untuk menggantikan ketergantungan terhadap minyak dan

gas.

Hal itu diungkapkan Menristek Kusmayanto Kadiman dalam seminar

nasional Pengembangan dan Pemanfaatan Jarak Pagar Sebagai

Bioenergi di Indonesia di Jakarta, Sabtu.

Seminar yang diselenggarakan Komunitas Tumbuh Bersama, BRI, BNI

dan sejumlah BUMN industri serta perusahaan swasta ini juga

mengupas potensi tanaman jarak pagar, cara budidaya dan pengolahan

buah jarak.

Menristek menyatakan, kebutuhan BBM nasional cenderung meningkat

setidaknya enam persen/tahun. Dalam beberapa tahun mendatang,

kecenderungan peningkatan kebutuhan tidak akan sebanding dengan

kemampuan produksi dan pengelolaan potensi migas nasional.

Produksi BBM nasional tahun 2004 sekitar 44,5 juta kiloliter,

sedangkan konsumsi sekitar 62,3 kiloliter. Dengan demikian

diperkirakan ada defisit sekitar 17,8 juta kiloliter yang harus

diimpor.

Potensi migas nasional cenderung berkurang dalam beberapa tahun

lagi. Pengembangan energi alternatif sangat dibutuhkan, salah

satunya adalah mengembangkan tanaman untuk dijadikan alternatif

pengganti migas.

Dari penelitian yang dilakukan, telah ditemukan 60 jenis tanaman

pangan, perkebunan dan non pangan yang berpotensi menjadi bio

energi. Untuk tanaman pangan yang bisa menjadi bioetanol, antara

lain leguminosa (kacang tanah, kedelai dan sejenisnya),

umbi-umbian (singkong, ubi jalar dan sejenis), serta biji-bijian

(jagung, tan, serealia, dan bunga matahari).

Tanaman perkebunan yang bisa menjadi biodiesel dan bioetanol,

yaitu jenis palma seperti kelapa, kelapa sawit, sagu serta

berbagai tanaman berjenis tebu. Tanaman non pangan yang potensial

menjadi biodiesel, antara lain jarak pagar, jarak kepyar dan kapuk

randu.

Jika untuk satu jenis tamanan bioenergi mampu menjadi subtitusi

lima persen saja kebutuhan BBM, maka akan terjadi penghematan

sekitar dua juta kiloliter atau setara dengan Rp. 9 triliun.

Aspek positifnya, membuka lapangan kerja dan lapangan usaha bagi

masyarakat untuk mengembangkan tanaman yang berpotensi menjadi

subtitusi BBM.

Pihaknya bersama instansi terkait termasuk BPPT dan LIPI terus

mengembangkan tanaman-tanaman yang berpotensi menjadi subtitusi

BBM, terutama jarak. Pengembangan juga melibatkan

kelompok-kelompok masyarakat dan perguruan tinggi. Satu hektare

lahan membutuhkan 2.500 biji jarak sebagai bibit.

Menristek juga menjelaskan mengenai biodisel (methyl ester). Bahan

ini adalah bahan cair yang diformulasikan khusus untuk mesin

disel, terbuat dari minyak nabati (bio oil) tanpa perlu modifikasi

mesin. Pemakaian bio diesel dapat digunakan 100 persen maupun

sebagai bahan subtitusi pada petrodiesel.

Keuntungan biodiesel memiliki efek pelumasan terhadap mesin,

menurunkan koefisien gesek pompa dan melindungi cam-profile pompa.

Mengurangi emisi karbon (CO), PM dan free sulfur. Penanganan dan

penyimpanan lebih mudah, aman dan tidak beracun .

Khusus biodiesel minyak sawit (CPO) memiliki keunggulan bahan baku

tersedia secara komersial, produksi tahun 2003 sebanyak 10,68 juta

ton dengan jumlah yang diekspor 5,32 juta ton. Produksi tahun 2010

diperkirakan 17,5 juta ton.

Kelapa sawit sangat potensial untuk dikembangkan lebih lanjut

karena bank, sumber daya manusia, lahan dan teknologi telah siap.

Hanya saja minyak sawit merupakan minyak yang dapat dimakan

(menjadi kebutuhan sehari-hari) sehingga biodiesel harus bersaing

dengan pangan. Cloud point CPO berkisar 12-14 Celsius sehingga

hanya dapat digunakan di daerah tropis. (Ant)
http://masenchipz.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar